Sebenernya topik kali ini sudah sangat mainstream di
era sekarang, “zaman now” kalau katanya mbak mbak selebgram. Tapi seiring
dengan pola pikir mereka di zaman now, ada beberapa hal yang sebenarnya
“menyimpang” justru dianggap sesuatu yang alamiah, natural.
Judging stranger ? Its natural.
Blaming each other ? Thats fair.
Lalu pertanyaannya, apakah semua perbuatan baik ataupun buruk akan dikembalikan ke
konsep “manusia tidak ada yang sempurna” atau “Allah maha pemaaf” ?
Actually its not as simple as that.
Akhir – akhir ini saya merasa sangat gemas dengan
beberapa orang yang justru ada di sekitar saya dan saya pun sangat mengenal
baik mereka. Mengapa banyak sekali yang terlalu mudah mendescreate orang lain
hanya berdasar perspektif ataupun sudut pandang mereka ?
Oke lets talk about the case. Jadi ketika saya buka
salah satu sosial media, muncul postingan si mas yang sedang mengomentari satu
film Indonesia yang pada saat itu lagi booming. Lebih tepatnya mengkritik sisi
buruknya film itu, A, B, C dia sebutin lah “bad side” nya dan ujung-ujungnya
membandingkan dengan film lain.
Di kesempatan lain, saya mendapati salah satu cuitan
yang intinya berkomentar atau menyatakan ketidaksukaannya terhadap ceramah
salah satu ustadz. Kalau gak salah ceramah beliau tentang “Hukum mengucapkan
selamat natal dalam perspektif islam”. Mungkin si mas ini tidak sependapat
dengan isi ceramah tersebut dan akhirnya menuangkan kekesalannya lewat sosial
media dengan menjudge buruk ustad tersebut.
Sebenarnya tidak masalah untuk ikut beropini atau
mengkritisi sesuatu hal. Kita wajib untuk berpikir kritis, asalkan tidak dengan
menjatuhkan atau meremehkan pendapat orang lain. Dan bukan sesuatu yang salah
untuk berkomentar di sosial media, toh itu juga akunnya sendiri, dia berhak
atas untuk apa sosial media itu sendiri. Tapi bukankah lebih baik berpikir dua
atau tiga kali dalam menuliskan sesuatu di ruang media publik. People said that
what do you write describes who you are. Jadi jangan kaget kalau akunku isinya
caption baper cause I am kind of melankolis person (lah malah curhat :D ).
Back to the topic ! Mungkin ada baiknya sebelum
menilai sesuatu entah itu Film, Content Youtube, Ceramah, atau lainnya lihat
dari sudut pandang lain. Istilahnya brainstorming mindset agar “oh ini loh
ternyata untuk berperan di film itu harus ke luar negeri ninggalin anak istri,
harus nyempetin tidur di kolong meja di sela-sela break syuting, harus ini lah
itu lah”. Mungkin kita gak pernah terpikir juga kan sesusah apa perjuangan
seorang ustad untuk bisa dapet beasiswa di Al Azhar, seberapa susahnya merantau
dan menghafal Al Quran atau sepayah apa seorang youtuber membeli
kamera,bagaimana ia harus berkali-kali membunuh rasa malu untuk bisa tampil PD
di depan vlognya, dll.
Setidaknya meskipun kita mempunyai pandangan berbeda
dengan orang lain ya cukuplah untuk pembelajaran kita sendiri, lha wong gurunya
juga beda. Misalnya nih ada yang setuju dengan pendapat Cak Nun tapi gak setuju
dengan Ust. Khalid ya sudah tidak perlu membeda-bedakan mana yang benar atau
salah. Gak perlu juga dong menuliskan di twitter dan membanding-bandingkannya.
Toh buat apa ? Apakah ilmu kita sudah sangat cukup untuk mengomentari pendapat
beliau ? Cukup ambil yang sesuai dengan keyakinan kita, yang selaras dengan
prinsip kita. Misalnya lagi kita nemu content youtube yang isinya gak sama
dengan pendapat kita, cukuplah buat pembelajaran kita. Gak perlu juga kasih bad
coment ataupun dislike, mungkin kita bisa berpikir “oh iya dia masih sedang
belajar ngeyoutube, beli tripod, kamera, ini itu dll”. Please remind that we
are just a VIEWER. Kita gak tahu seberapa susahnya orang yang ada di BALIK
LAYAR.
Yahh sebenarnya sifat alami manusia memang untuk
menilai satu sama lain, tapi ada lebih baiknya KEEP buat kita sendiri, jadikan
untuk pembelajaran diri kita agar gak seperti orang yang kita Judge. Mungkin
kalo aku pribadi gak perlu lah untuk ngeshare di sosial media kita, bahaya
kalau follower kita jadi punya “bad impression” juga, siapa tau gara-gara
cuitan buruk kita malah orang-orang gak jadi nonton Ayat-Ayat Cinta 2 nanti,
wkwkw. Jangan dianggap menggurui ya, akupun masih sangat minim ilmu dan butuh
belajar untuk lebih bijak memanfaatkan sosial media. Tapi apa salahnya mengajak
orang lain untuk belajar bersama ?
“Be a critical, but not being judgemental. Be
respect, as always”